Vygotsky
dan Teorinya dalam Mempengaruhi Desain Pembelajaran Matematika
Oleh : Yuni Katminingsih[1]
Abstract
Vygotsky’s theory is considered to be a social
constructivist approach because it emphasizes the social contexts of learning
and that knowledge is mutually built and constructed. Piaget’s theory did not emphasize the social
aspect of knowledge construction. There is a conceptual shift from Piaget to
Vygotsky that involves a shift from the individual to collaboration, social
interaction, and sociocultural activity. Implications for education, Teaching
Strategies Based on Vygotsky’s Theory (1) Use the child’s zone of proximal
development in teaching.(2) Use scaffolding.(3) Use more skilled peers as
teachers.(4) Monitor and encourage children’s use of private speech.(5) Assess
the child’s zone of proximal development, not IQ.(6) Transform the classroom
with Vygotskian ideas.(7) Active learning in the classroom. (8) Cooperative
learning exercises
Kata
Kunci: ZPD, scaffolding, cooperative learning.
Dua tokoh penting dalam
teori perkembangan intelektual yakni Piaget dan Vygotsky. Dalam perkembangan intelektual
ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan
fungsi (Piaget , 1973). Struktur menyangkut hubungan fungsional antara tindakan fisik,
tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Struktur ini memiliki oprasi
yang bercirikan: (1) operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi. Tidak
ada garis pemisah antara tindakan fisik dan mental, (2) operasi itu bersifat
reversible, (3) operasi itu selalu tetap walaupun terjadi transformasi atau
perubahan, (4) tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi selalu
berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi. Isi merupakan
pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya
terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. Sedangkan fungsi,
adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget
perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. (1) Organisasi memberikan pada organism kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. (2) Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua
proses yaitu asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau
pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema
yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan
menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata.
Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan
mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman
baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata
yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan
akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan
antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak
dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah
ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka
terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan
atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses
terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka
individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Model konstruktivis
memunculkan pertanyaan penting. Bila
individu-individu membangun pengetahuan mereka sendiri, bagaiamana suatu
kelompok individu dapat tampil untuk saling tukar pikiran? Kunci untuk menjawab pertanyaan ini adalah
dengan mengingat bahwa pengetahuan harus cocok dengan realitas. Konstruksi
adalah suatu proses dimana pengetahuan dibangun dan diuji secara kontinu.
Individu tidak hanya mengkonstruksi pengetahuan, namun pengetahuan mereka juga
harus bekerja dan berfungsi secara aktif.
Konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa
pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan
tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan
melalui adaptasi intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses penyesuaian
itu equivalen dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni
melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis
Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar
individual. Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah :
(1)mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang dimulai
proses pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan
pengetahuan, (2) zone of
proximal development. Guru
sebagai mediator memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya
membangun pengetahuan, pengertian dan kompetensi (Brown, 1965). Sumbangan
penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran
sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek
internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan
sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal
dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky
juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas
yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan
kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang
didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat
perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah
di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Vygotsky
Di zaman Piaget dan
Freud, Vygotsky menjalani hidup yang singkat tapi produktif (1896 - 1934). Vygotsky
adalah seorang Rusia yang meninggal di usia 38 tahun. Karyanya yang amat
dramatis merubah teori psikologi di Rusia. Karena itu Luria mengatakan bahwa
teori psikologi yang telah dibangun oleh Vygotsky melebihi semua karya saya
(Wertsch, 1991; Taylor, 1997).
Ia merupakan salah seorang tokoh termasyur dalam
bidang psikologi. Sebelum meninggal, ia mewariskan pemikiran yang mendobrak
pemikiran psikologi saat itu. Menurutnya, apa yang menjadi perilaku manusia
adalah proses menyesuaikan diri dengan apa yang sesuai/tepat (appropriate) dan
menjadi harapan masyarakat / lingkungan. Ini sudah mengarah kepada factor
lingkungan. Perkembangan kognitif pada manusia adalah selain proses biologis,
juga karena proses transformasi. Tetapi tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh
lingkungan. Vigotsky menyebutnya sebagai konstruksi sosial. Manusia bukan hanya
berkembang dalam arti sosial biologis, namun fungsi-fungsi psikologis terus
meningkat sejak dari lahir.
Fungsi-fungsi psikologis itu seperti persepsi,
perhatian, memori yang terus berkembang karena manusia bertransformasi dalam
konteks sosial dan pendidikan. Melalui bahasa, sarana, dan kebudayaan,
hukum-hukum sosial manusia terus berkembang sampai mencapai fungsi psikologi
kognisi tingkat tinggi. Beda dari Piaget yang menyatakan perkembangan manusia
hanya ditentukan dari dalam diri, Vygotsky mengatakan banyak pengaruh
konstruksi sosial yang membentuk sisi-sisi kognitif manusia (fungsi psikologis
kognisi tinggi). Kalau Piaget mengatakan harus menunggu kematangan dan kesiapan
seseorang serta harus cocok antara pengaruh dari luar dan perkembangan di dalam
dirinya (match). Akan tetapi Vygotsky tidak berpendapat seperti itu. Ada
sesuatu di atas tahap perkembangan itu (plus one matching).
Ada daerah-daerah yang sangat sensitif untuk diaktualisasikan
dalam diri anak. Daerah ini dinamakan Zone Proximal Development (ZPD).
ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual seseorang dengan tingkat
perkembangan potensial. Bila diibaratkan, kalau ada daerah hitam dan putih,
yang hitam adalah potensi yang belum diaktualisasikan (belum berubah menjadi
suatu kemampuan), sementara itu daerah putih merupakan potensi yang sudah
teraktualisasikan. Jarak antara hitam dan putih itulah yang dinamakan dengan
ZPD. Dengan kata lain ZPD terletak antara daerah hitam dan daerah putih (Nur
Arfah Mega, dkk, 2007).
ZPD merupakan daerah perkembangan potensial untuk
menjadi sesuatu yang kongkrit. Pengaruh pada ZPD tak perlu menunggu
tahapan-tahapan seperti yang dikatakan Piaget. Teori Vygotsky menjadikan
seorang anak tertantang untuk melakukan aktivitas di atas tingkat perkembangan
yang dimiliki. Persyaratannya adalah, jangan sampai lingkungannya terabaikan.
Rumah, teman sejawat, kebudayaan, dan sekolah harus menyertai perwujudan ini.
Jasa Vigotsky adalah membuka wawasan baru tentang perkembangan kognitif manusia
dan proses kurtural, pendidikan bagi anak berbakat, dan peningkatan kadar
mental (eskalasi) atau higher order thinking. Pengertian tentang ZPD
memiliki nilai teoritis dan dihubungkan dengan permasalahan mendasar dari
psikologi anak dan psikologi pendidikan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi psikis yang lebih tinggi, yaitu hubungan pendidikan dengan
perkembangan intelektual, dan dorongandorongan motivasional serta
mekanisme-mekanisme perkembangan psikis.
Fenomena dari ZPD menekankan pada peranan pokok dari
pendidikan dalam perkembangan intelektual. Menurut Vigotsky dalam Hendriati
Agustiani (2006) bahwa, “Pendidikan mempunyai pengaruh hanya bila berada
di depan perkembangan”. Maksud dari pernyataan ini adalah, bagi
anak-anak yang mempunyai kemampuan intelektual istimewa (luar biasa) dan di
dalam dirinya ada ZPD, maka praktik pendidikan, misalnya berbagai pengalaman
belajar, stategi pembelajaran yang diterapkan, materi pembelajaran atau kurikulum
yang diberikan harus satu tingkat di atas perkembangan anak-anak normal. Dengan
menerapkan konsep ZPD pada pendidikan, maka pembelajaran akan memajukan
perkembangan anak, karena isi ZPD diubah, diperbaiki, dikembangkan, dan
ditempatkan pada tahapan perkembangan sebenarnya yang menyebabkan pemelajar
bergerak maju ke suatu tingkat perkembangan yang lebih tinggi.
Teori
Vygotsky?
Sebelum menguraikan
jawaban itu, sekedar mengingatkan saja, bahwa dalam konsep Vygotsky
perkembangan ZPD hanya dapat dilakukan dan berarti jika pelaksanaan pendidikan
satu tingkat berada di atas perkembangan. Dalam bahasa yang lebih sederhana,
Conny Semiawan (2007) mengingatkan betapa penting untuk diperhatikan pada sisi
siswa berbakat (yang mempunyai kecerdasan luar biasa) bahwa segumpalan konten
pengetahuan yang diperolehnya tanpa mampu mengolahnya untuk perkembangan lebih
lanjut adalah pengetahuan sesaat yang
manfaatnya kurang dirasakan sebagai pengetahuan yang siap diperlukan bagi setiap
pengembangan ilmu. Karena interes siswa seperti itu justru berbeda, yaitu “ingin
lebih tahu lagi” (curiosity), yang bersifat konsisten.
Wertsch menyatakan
bahwa tiga tema utama yang berasal dari teori Vygotsky terintegrasi dalam
pemikiran berikut:
1.
Metode perkembangan menekankan pada asal-usul,
sejarah dan proses perkembangan rentang kehidupan (life-span development). (Hal ini
melampaui tipe psikologi perkembangan yang menitikberatkan pada perkembangan
anak-anak)
2.
Fungsi mental yang lebih tinggi memiliki
asal-usul sosial dan sifat kuasi-sosial. (Hal ini jelas bertentangan dengan
penekanan Piaget pada fungsi individu sosial).
3.
Fungsi mental yang lebih tinggi
dimediasi oleh penggunaan alat-alat dan beberapa tanda secara sosio-kultural. (Tanda-tanda dan simbol-simbol dari suatu budaya mempengaruhi
perkembangan individu. Ide ini telah digunakan dalam kajian perkembangan bahasa
yang tampaknya dapat diterapkan dalam perkembangan matematika). (Taylor, 1997)
Teori Vygotsky yang
lain adalah scaffolding.
Scaffolding berarti
memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang
memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori
pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai
keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3)
siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding
berarti upaya guru untuk membimbing siswa
dalam upayanya mencapai suatu keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan
agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum (Vygotsky,
1978 :5).
Sejak
munculnya aliran behaviorisme tahun 50-an dan 60-an, disain pembelajaran
telah bekerja untuk mengakomodasi model pemrosesan informasi kognisi. Gagne,
memodifikasi teori disain instructional, berdasarkan taksonomi hasil belajar
dan kondisi belajar untuk model pemrosesan informasi (Rickards, 1978 dalam
Taylor, 1997). Akhir-akhir ini cara konstruktivist pada pandangan kognitif
telah berpengaruh kuat (Bednar, Cuntingham, Duffy, and Perry, 1991).
Koneksionisme dan Postmodern mulai diterima dan diperhatian (Wilson
& Cole, 1991). Tabel 1 berisi beberapa paradigma yang telah mempengaruhi
disain pembelajaran selama bertahun-tahun.
Beberapa
pengaruh karya Vygotsky tidak dikenali dan tidak dilaporkan. Baru-baru ini, Lyn
Taylor mempelajari bahwa diskusi Vygotsky tentang eksperimen pemecahan masalah
dengan balok dalam Though and Language
(1962) mempengaruhi Bill Hull untuk
mengembangkan Atribute Blocks
(Rasmussen, 1992 dalam Taylor, 1997). Metode Sakharov adalah suatu pemikiran
kontemporer dari Vygotsky, karena bentuk-bentuk balok yang beragam digunakan
dalam eksperimen untuk menelusuri pembentukan konsep. Balok-balok yang digunakan oleh Vygotsky dan
Sakharov terdiri atas bujursangkar, segitiga, trapesium, lingkaran dan setengah
lingkaran dengan ukuran yang berbeda (besar dan kecil). Warnanya terdiri atas
putih, biru, kuning, hijau, dan orange. Attribut Blocks Hull memuat bujur sangkar, segitiga, lingkaran, dan jajaran
genjang ukuran kecil dan besar. Warna-warna Hull termasuk merah, biru, hijau,
dan kuning. Sierpinska (dalam kasus ini) mendiskusikan bagaimana Vygotsky
menggunakan balok-balok kayu dalam eksperimen untuk menformulasi konsep.
Daerah Perkembangan Terdekat Vygotsky
Istilah daerah
perkembangan terdekat Vygotsky atau Zone
of Proximal Development (ZPD) merupakan konsep yang menarik perhatian dan
memberi hubungan secara luas terhadap pikiran Vygotsky. Mind In Society mendefinisikan ZPD sebagai suatu jarak antara level
perkembangan nyata yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara bebas dan
level pengembangan potensial yang ditunjukkan melalui pemecahan masalah atas bimbingan
orang dewasa atau dalam kerjasama dengan beberapa teman sebaya yang lebih mampu.
Bahasa yang digunakan Vygotsky di tahun 1930-an
menandakan pemikiran beliau yang progresif. Ketika ia membandingkan berbagi
definisi dari ZPD dengan para rekan kerja dan alumni, mereka sering berkomentar
bahwa gagasan dan bahasanya nampak seperti pada jaman (untuk tahun 1990-an) dan
hampir sama dengan National Council of Teachers of Mathematics Curriculum and
Evaluation Standards for School Mathematics (1989) and the Professional
Standards for Teaching Mathematics (1991).
ZPD merupakan inti sari dari pemikiran Vygotski. Dalam
pendahuluan The Collected Works of LS.
Vygotsky (1987), Brunner mendiskusikan tentang ZPD sebagai berikut. Ide dan
ZPD difokuskan pada perhatian yang diperankan dalarn suatu dialog antara guru yang lebih ahli dengan siswa yang
kurang ahli. Suatu konsep yang dijelaskan secara detail dalam dialog,
pembelajar mampu merefleksikannya dan menggunakan perbedaan serta hubungannya
untuk merumuskan kembali dalam pikirannya.
Vygotsky, ZPD, dan
Model menurut Perannya
Guru pada umumnya
diterima sebaga model peran yang akan mempengaruhi perkembangan siswa. Hal ini
bukanlah merupakan suatu ide yang baru. Karena pada tahun 1930-an Vygotsky
mempunyai perhatian besar pada pengembangan kerja siswa dengan orang dewasa
dan/atau teman sebayanya. Dalam masa itu walaupun pembelajar belum mampu
memecahkan masalah-masalah secara bebas, namun sudah dapat menyelesaikannya
dengan bantuan orang lain.
Vygotsky menyatakan
bahwa semua proses psikologi yang tinggi (higher psychological) berasal dari
proses sosial, saling memberi antara orang, khususnya antara anak dengan orang
dewasa (Brown, 1965).
Selanjutnya dalam
proses pematangan guru dapat menfasilitasi siswa mempertemukan ZPD mereka
dengan cara menyiapkan pengalaman belajar bermakna. Orang dewasa mungkin
membentuk pengalaman anak-anak dan membantunya berpikir secara mendalam. Brown
(1965) percaya bahwa interaksi anak dengan orang dewasa yang menuntut aktivitas
pemecahan masalah, dan struktur lingkungan belajar, secara berangsur-angsur
akan dapat mengadaptasi kegiatannya secara terstruktur. Vygotsky mengemukakan
bahwa siswa juga memiliki interaksi yang signifikan dengan materi; Misal
balok-balok yang diintegrasikan dalam memahami konsep geometri. Interaksi ini
dapat juga menfasilitasi siswa terhadap ZPD-nya untuk mencapai pengertian yang
lebih baik.
Perluasan dari ZPD
Ketika Vygotsky
mengembangkan konstruksinya tentang ZPD pada tahun 1930-an. Dia secara khusus
mengaplikasikannya pada pengembangan kognitif anak-anak, yaitu: anak yang
berurnur 8-12 atau antara 8-9 tahun. Nampaknya batas usia ini tidak mengalami
kesulitan sebagaimana yang dikemukakan Vygotsky. Dalam Taylor (1991) Rachlin
(1986) telah menggunakan konstruksi tersebut dalam penelitian dengan
siswa-siswa SMA. Thornton (1989) mengaplikasikannya pada siswa SD, dan yang
lainnya mengaplikasikannya pada pengembangan orang dewasa (Wertsch, 1985).
Dengan demikian konstruksi ZPD dapat diaplikasikan terhadap pengembangan
anak-anak dan orang dewasa.
Menghubungkan Model
dengan Teori Lain
Saat model dikaitkan
dengan konstruksi psikologi Vygotsky khususnya ZPD, ternyata model tersebut
juga dipengaruhi oleh teori perkembangan Bandura (1986), Gardner (1983), Bruner
(1960), dan Papaert (1920). Pengaruh masing-masing perkembangan tersebut akan
diuraikan secara singkat sebagai berikut:
Pertama,
Bandura mengemukakan suatu interaksi yang kontinu antara faktor pribadi, faktor
lingkungan dan tingkah laku Resiprocal
Determinism. Modelnya memandang tingkah laku sebagai hasil interaksi antara
seseorang dengan lingkungan, dimana Taylor memandang tingkah laku (tindakan)
sebagai suatu proses interaksi dengan seseorang dan linkungan. Dua teori
membagi pandangan sosio-kultural bahwa sikap dibangun dari interaksi kompleks
antara seseorang, lingkungannya dan tindakannya.
Kedua,
Saya percaya teori model pelengkap Gardner (1983) tentang intelegensi ganda.
Interaksi antara intelegensi logika matematis Gardner, intelegensi
interpersonal dan intelegensi intrapersonal yang mungkin mirip dengan interaksi
antara pikiran matematis seseorang, tindakan, dan perasaan (sikap matematika).
Level intelegensi yang dikembangkan oleh Gardner, khususnya intelegensi
interpersonal dan intelegensi intrapersonal, mungkin dihubungkan dengan teori
Vygotsy yang menekankan pada fungsi mental yang lebih tinggi yang bergerak di
atara dua permukaan (interpsikologi dan intrapsikolgi). Vygotsky percaya bahwa
sekolah diperhatikan dengan kedua permukaan fungsi mental ini dan bahwa ini
penting bagi pelajar untuk memahaminya kemudian mentransformasikan fenomena
sosial ke dalam fenomena psikologi.
Ketiga,
pengenalan Bruner (1960) terhadap pentingnya proses atas suatu hasil sejalan
dengan teori Vygotsky. Ini telah mempengaruhi kepercayaan Taylor bahwa teori
Bruner melengkapi pandangan sikap matematika yang dikemukakan dalam artikel
ini. Penekanan pada proses digambarkan dalam model perkembangan individu.
Keempat,
pandangan Papert (1980) tentang matematika sebagai budaya kongkruen dengan
teori sosio-kultural Vygotsky. Papert memperhatikan dengan teori perkembangan
pikiran, khususnya bagaimana cara gerakan intelektual dan gerakan budaya mendefinisikan
dirinya sendiri dan tumbuh. Papert percaya bahwa banyak jika tidak semuanya,
anak-anak yang tumbuh dengan suatu kecintaan dan bakat matematika memiliki
perasaan ini, paling tidak menunjukkan bahwa dari mereka memperoleli kuman
budaya matematika dari orang-orang dewasa, yang seseorang mungkin akan
mengatakan: mengetahui bagaimana berbicara matematika. Lebih jauh, Papert
mengusulkan bahwa komputer mungkin melayani sebagai suatu kekuatan untuk
mendobrak garis pemisah antara dua budaya (kemanusiaan dan ilmu pengetahuan).
Di dalam pendidikan
matematika, Fennema dan Reyes telah mencurahkan banyak perhatian terhadap
kajian tentang ranah afektif dan peran yang dimainkan di dalam pelajaran dan
ketekunan seseorang dengan matematika. Mereka percaya bahwa suatu sikap
matematika yang positif akan dihubungkan dengan harga diri seseorang dan
kelanjutan kuliah matematikanya. Suatu sikap siswa berperan terhadap citra
mereka sendiri sebagai seorang pelajar di dalam kelas. Karya kedua orang ini
tampaknya juga sejalan dengan Vygotsky.
Teori yang didiskusikan
di atas memberikan kerangka konseptual untuk mendukung model. Secara khusus
teori-teori ini mendukung (langsung atau hanya menyinggung) ide bahwa sikap
seorang siswa dibentuk melalui interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
Implikasi
pada Pendidikan
Vygotsky telah disebut
seorang genius yang hidup melampaui masa hidupnya. Suatu perspektif Vygotskyan
rnenghadirkan kerangka teoretik yang menyatu dan memandang kepada aspek secara
keseluruhan ketimbang meninggalkan sebagian-sebagian. Di masa fragmentasi dan
spesialisasi, adalah penting untuk menjaga keutuhan gambar yang kompleks di
dalam pikiran. Pandangan ini adalah sesuatu yang dianjurkan di dalam NCTM
Standars.
Lima tujuan umum NCTM
berdasar pada asumsi bahwa siswa seharusnya tidak hanya mampu untuk
menyelesaikan masalah dan alasan secara matematis, tetapi juga menjadi percaya
diri dan menghargai matematika, mengkomunikasikannya secara efektif dan
menciptakan hubungan antara matematika dengan subjek atau aspek lain dalam
kehidupannya. Tujuan ini mencerminkan pentingnya keterhubungan antara pikiran,
perasaan, dan tindakan (sikap).
Saya menemukan banyak
tujuan dan daerah (area) khusus untuk peningkatan dan penurunan perhatian yang
direkomendasikan di dalam NTCM Standards untuk melengkapi kejadian-kejadian di
dalam kehidupan peserta, melengkapi teori Vygotsky, dan melengkapi model.
Sebagai contoh, pengalaman matematika negatif Curtis yang muncul pada suatu
topik (perkalian bilangan yang digitnya lebih dari tiga) yang mana di dalam
NCTM Standards dijelaskan bahwa hal itu seharusnya rnengakibatkan penurunan
perhatian. Penekanan Bill pada penerapan dan pemecahan masalah disarankan di
dalam NCTM Standards. Mereka juga menyarankan penerapan matematika sebagai
suatu cara mendemonstrasikan kegunaan matematika. Guru Priscilla, yaitu Mr. S.,
hadir sebagai seseorang yang berpikiran jauh ke depan dan telah menggunakan
metode mengajar yang disarankan di dalarn NCTM Standards.
Pengejawantahan NCTM
Standards mengakibatkan suatu perubahan di dalam bahasa matematika untuk
merepresentasikan keterlibatan aktif dan repleksif pelajar di dalam membangun
dan menciptakan sikap positif. Kata-kata seperti menelusuri, mengatakan
(mengkomunikasikan), mengkonstruksi, menggunakan, dan merepresentasikan
menekankan pada keterlibatan siswa di dalam mengerjakan matematika secara
aktif. Kata-kata seperti kerjasama, pertanyaan, ekspresi, nilai, membagi, dan
menikmati membawa citarasa baru terhadap pekerjaan siswa. Kata-kata seperti
rnerefleksi, mengapresiasi (menghargai), nienghubungkan, menerapkan, dan
memper1uas membangun suatu sikap baru terhadap matematika dan kegunaannya
(Frye, 1989). Pengejawantahan
Standards juga berarti memberdayakan siswa untuk mengembangkan bahasa
matematika mereka.
Suatu perspektif
Vygotsky mendukung strategi pengajaran alternatif seperti menggunakan kelompok
kejasama, memberikan kesempatan bagi terjadinya interaksi antara sebaya yang
berarti, menadirkan atau mengajukan masalah di luar wilayah kesenangan (zone of comfort) siswa sedernikian
sehingga mereka dapat rnemaksimalkan diri dalam belajar dan rnenjembatani ZPD
mereka. Perspektif ini juga menekankan pentingnya permainan dan lingkungan
budaya kita dalam perkembangan, Vygotsky percaya bahwa imaginasi yang kreatif
tumbuh dari permainan anak kecil dan percaya hal tersebut dapat dikembangkan
atau diperluas kepada orang dewasa.
Seorang siswa percaya
bahwa model memberikan dia suatu kerangka konseptual yang mendukung
filosophinya tentang belajar dan pengajaran matematika; Saya sangat menghargai
model. Ada sangat banyak pengaruh pada sikap seorang anak dan ini adalah suatu
representasi visual yang sangat menakjubkan. Saya berpikir bahwa hal ini akan
sangat membantu orang-orang yang rnelihatnya untuk rnenggerakkan mendukung NTCM
Standards dan model pcngajaran dan penilaian yang ada di dalamnya. Dia merasa
bahwa model tersebut mensahihkan sikapnya terhadap pengajaran dan penilaian
matematika. Seorang guru matematika sekolah dasar yang lain berkomentar bahwa
model yang dinyatakan di dalam paper ini menyarankan suatu kerangka yang
mungkin untuk menyatukan pengalaman hidup seorang anak ke dalam metode yang
lebih komprehensif dan pengajaran matematika. Beberapa guru melaporkan bahwa
model tersebut membantu mereka menciptakan pengalaman jembatan bagi siswa
mereka. Seorang guru rnenerangkan bekerja dengan seorang anak muda yang
memiliki rasa harga diri yang paling rendah yang dia pernah temui. Dia
menciptakan suatu lingkungan di mana dia merasa nyaman dan tertantang untuk
menjembatani ZPD-nya dan menyaksikan bahwa kepercayaan diri anak muda tersebut
sedikit meningkat.
Model
sikap menegaskan signifkansi yang berarti antara pemikiran seseorang, perasaan,
dan tindakannya (sikap) dan menantang kita, sebagai pendidik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung intrapersonal dan interaktif. Sketsa sejarah
kehidupan menyarankan cara untuk memperluas pemikiran Vygotsky terhadap
pendidikan matematika dan ranah afektif. Mereka memberi contoh pengalaman
interpersonal dan intrapesonal. Kasus yang dihadirkan di sini mencontohkan
pentingnya Meta-Awareness di dalam hubungan pemikiran, perasaan dan tindakan
seseorang. Ini perlu untuk
dikerjakan guna rnencapai tujuan standars.
Kekonsistenan Strategi Mengajar dengan
teori Vygotsky
Vygotsky
mengkontribusi beberapa wawasan yang ada relevansinya dengan pengajar
matematika.
1. Keunggulan
sosial. Vygotsky mengklaim bahwa kognisi adalah internalisasi interaksi sosial merupakan ide kuat. Beberapa
kritikus percaya bahwa pisikologi individu telah mendominasi studi kita tentang
kelakuan manusia. Berikut pemikiran, kita sebaiknya menurunkan kognisi individu
sebagai fondasi sentral untuk pendidikan dan mengakui kembali pentingnya
dinamika grup dan sosial pada perkembangan siswa. Teori Vygotsky, kognisi
sosial memperkuat sosial baru / fondasi budaya untuk proses pemahaman
pendidikan.
2. Motivasi
dan pengembangan sikap.
Pendekatan
sosial/budaya pada kognisi memberikan kesegaran dan banyak membutuhkan
kecondongan pada pertanyaan pengembangan sikap dan motivasi. Teori Vygotsky
membuat pertanyaan tentang pengaruh, motivasi, dan akan bepusat pada pentingnya
proses pemahaman.
3. Peran
dialog. Dialog dalam dua cara, Pertukaran interaksi diantara dua pembicara
secara alami disusun dalam istilah percakapan manusia. Di tahun 1930 an,
Vygotsky menyoroti dialog yang terjadi antara ibu dan anak, atau antara guru
dan siswa. Sekarang ini interaksi teknologi siswa mirip dengan interaksi alami
dalam beberapa cara yang penting untuk
dipelajari. Kami tidak menyarankan dialog manusia identik secara kwalitas
dengan dialog teknologi manusia, perbedaan penting sebaiknya dipelajari. Poin
kita adalah teknologi belajar modern menyarankan makna istilah sekarang bisa
diperluas termasuk interaksi antara pelajar dan teknologi berdasarkan alat dan
agen.
4. Daerah
perkembangan terdekat. Daerah perkembangan terdekat disusun dalam istilah untuk
menambah kapasitas yang anak miliki ketika didukung dalam performans oleh
seorang guru atau kawan sebaya. Daerah perkembangan
terdekat adalah jarak antara kecakapan anak tanpa bantuan dan kecakapan anak
yang terbentuk dengan support / bantuan. Daerah anak bisa di
"jembatani" oleh kesempatan praktek dengan bantuan eksternal. Taylor,
memperluas gagasan menjembatani dengan memasukkan interaksi dengan materi
manipulasi. Ketika menyatakan keunggulan model dan dukungan sosial, kami akan
memperluas lagi metode menjembatani daerah termasuk alat dan perlengkapan
teknologi. Teknologi telah menghasilkan model dan tiruan seluruh jarak mental
dan proses alami; komputer berdasarkan
lingkungan dan alat yang bisa memberikan
hubungan dan dukungan untuk kegiatan memecahkan masalah berarti.
Pandangan luas menjembatani daerah pengembangan terdekat kelihatannya konsisten
dengan penekanan Vygotsky pada interaksi alat manusia.
Implikasi untuk Pendidikan dengan Strategi Pengajaran berDasar pada Teori Vygotsky
1.
menggunakan ZPD daerah
pengembangan terdekat di dalam pengajaran.
2.
Menggunakan scaffolding.
3.
menggunaan teman yang lebih terampil
sebagai panutan (guru).
4.
Memonitor
dan mendorong siswa menggunaan pendapat pribadi.
5.
Menilai siswa dari ZPDnya, bukan IQ.
6.
Mengubah bentuk kelas dengan Gagasan Vygotskian.
7.
Aktif belajar di kelas.
8.
Latihan belajar Cooperative
DAFTAR REFERENSI
Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi
perkembangan. Bandung: Refika Aditama
Arfah Mega, Nur dkk. (2007). Landasan
teori psikologi (makalah mata kuliah Landasan Teknologi Pendidikan, Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta)
Brent G. Wilson, James L. Teslow, Lyn
Taylor, 2002. Instructional Design Perspectives On Mathematics Education With
Refrence To Vygotsky’s Theory Of Social Cognition. University Of Colorado
At Denver
Brown, R. 1965. Social Psychology. New York: Free Press.
Gardner, H. 1985. The Mind’s New Science. New York: Basic
Books.
Papert, S. 1980. Mindstorm: Children, computers, and Powerful
Ideas. New York: Basic Books.
Piaget, J. & Inhelder, B. 1973. Memory and Intelligence. New York: Basic
Books.
Semiawan, Conny. (2007). Layanan
pendidikan bagi anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus (Special
education needs). Makalah seminar di BPK PENABUR Jakarta, tgl 5 Agustus
2006
Taylor, Lyn,.
1997. (terjemahan Muniri) Pengaruh
Vygotsky Dalam Pendidikan Matematika, Dengan Acuan Utama Pada Perkembangan
Sikap,
University of Colorado – Denver
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in
society: The development of higher psychological processes. Cambridge, MA:
Cambridge UP.
Wertsch,
J.V. (1991) Vygotsky and the Social Formation of mind. Cambride, MA : Harvard
University Press.
Terimakasih...infonya, smoga anda sukses n sehat selalu !
BalasHapusbaca juga: http://www.ruangwacana.com/2017/08/penerapan-teori-kognisi-vygotsky-dalam-interaksi-pembelajaran.html sebagai perbandingan
BalasHapus